Pengikut

Jumat, 25 September 2015

Kapan Anak Diwajibkan Berpuasa?




Kapan Anak Diwajibkan Berpuasa?

Soal: Apakah anak yang berusia di bawah 15 tahun diperintahkan untuk berpuasa sebagaimana shalat?”
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjawab:
“Ya, seorang anak yang belum baligh diperintahkan untuk berpuasa apabila dia sanggup, sebagaimana dulu para sahabat –radhiyallahu ‘anhum- melakukannya terhadap anak-anak mereka.
Para ulama telah menetapkan bahwa seorang wali hendaknya memerintahkan anak-anak di bawah perwaliannya untuk berpuasa dengan tujuan agar mereka berlatih dan terbiasa, serta menanamkan pondasi islam pada jiwa-jiwa mereka hingga menjadi kebiasaan bagi mereka. Namun apabila puasa tersebut menyusahkan atau membahayakan mereka maka sesungguhnya puasa itu bukanlah hal yang wajib bagi anak-anak tersebut.
Dan sesungguhnya di sini aku ingin mengingatkan tentang permasalahan yang dilakukan oleh sebagian orang tua yaitu melarang anak-anak mereka untuk berpuasa, berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para sahabat –radhiyallahu ‘anhum-.
Mereka mengatakan bahwa mereka melarang anak-anak mereka karena kasih serta sayang mereka terhadap anak-anak. Yang sebenarnya, sayang terhadap anak adalah dengan memerintahkan, membiasakan serta menanamkan syariat-syariat Islam kepada mereka, karena hal tersebut –tidak diragukan lagi- merupakan kebaikan pendidikan serta kesempurnaan pengasuhan.
Telah tsabit dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda,
((إِنَّ الرَّجُلَ رَاعٌ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعْيَتِهِ))
“Sesungguhnya laki-laki itu merupakan pemimpin keluarganya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dan sudah sepantasnyalah bagi para orangtua/pengasuh -yang Allah telah menitipkan anak-anak kepada mereka– untuk bertaqwa kepada Allah ta’ala dalam pengasuhan mereka, dan memerintahkan mereka untuk melaksanakan perintah-perintah syariat Islam”.
(Diterjemahkan oleh Abu Umar Al-Bankawi dari Fatawa fi Ahkamish Shiyam Syaikh Utsaimin, soal nomor 37)

Siapa Saja yg Boleh untuk tidak Berpuasa



Siapa Saja yang Boleh untuk Tidak Berpuasa?

Adik-adik, agama Islam adalah agama yang memberi kemudahan bagi pemeluknya. Apabila terdapat udzur (halangan) yang syar’i maka seseorang diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Siapa saja mereka?
1. Musafir
Musafir adalah orang yang sedang bepergian jauh, oleh karena itu dia mendapatkan keringanan untuk tidak berpuasa sebagaimana firman Allah:
وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu, pada hari yang lain. Allah mengendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (Al-Baqarah: 185).
Hamzah bin Amr Al-Aslami, seorang shahabat yang banyak melakukan safar pernah bertanya kepada Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam: “Apakah boleh aku berpuasa dalam safar?” maka Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(( صُمْ إِنْ شِئْتَ وَأفْطِرْ إِنْ شِئْتَ ))
“Berpuasalah jika kamu mau dan berbukalah jika kamu mau” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
2. Sakit
Seorang yang sakit boleh untuk berbuka apabila puasanya akan menyebabkan suatu mudharat, penyakitnya menjadi semakin parah atau dikhawatirkan terlambat kesembuhannya. Dalilnya juga adalah ayat di atas.
3. Haidh dan Nifas
Haidh adalah darah kotor yang terjadi pada wanita dewasa secara alami pada waktu tertentu, bukan karena suatu sebab yang khusus. Sedangkan nifas adalah darah yang keluar dari rahim disebabkan karena melahirkan yang disertai dengan rasa sakit.
Wanita yang mengalami haidh maupun nifas tidak boleh berpuasa. Mereka wajib mengqodho’nya (menggantinya) nanti.
Dahulu istri Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha pernah mengatakan,
كَانَ يصيبنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ
“Kamipun haidh ketika puasa, tetapi kami hanya diperintahkan untuk mengqodho’ puasa, tidak diperintahkan untuk mengqodho’ sholat” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
4. Kakek dan Nenek yang sudah Lanjut Usia
Kakek-kakek dan nenek-nenek yang sudah tua, bila mereka sudah tidak mampu lagi maka mereka boleh tidak berpuasa. Namun mereka menggantinya dengan memberi makan seorang miskin setiap harinya.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:
اَلشَّيْخُ الْكَبِيْرُ، وَالْمَرْأَةُ الْكَبِيْرَةُ، لاَ يَسْتَطِيْعَانِ أَنْ يَصُوْمَا، فَيَطْعِمَانِ مَكَانَ كُلَّ يَوْمٍ مِسْكِيْنًا
“Kakek dan nenek yang lanjut usia, yang tidak mampu puasa harus memberi makan setiap harinya seorang miskin” (HR. Al-Bukhori).
5. Wanita yang sedang Hamil dan Menyusui
Di antara rahmat Allah yang agung bagi hamba-Nya yang lemah adalah Allah memberi rukhsah (keringanan) kepada wanita yang hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa.
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(( إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَضَعَ عَنِ الْمُسَافِرِ شَطْرَ الصَّلاَةِ. وَعَنِ الْمُسَافِرِ وَالْحَامِلِ وَالْمُرْضِعِ، اَلْصَوْمَ، أَوْ اَلصِّيَامَ ))
“Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala menggugurkan setengah shalat atas orang musafir. Dan menggugurkan kewajiban puasa atas musafir, wanita hamil dan menyusui “.

tata cara puasa



Tata Cara Puasa

Adik-adik, kakak akan sampaikan inti pembahasan kita, yaitu tata cara berpuasa. Perhatikan ya!
Kita mulai dengan membahas niat.
1. NIAT UNTUK PUASA
Sebelum melaksanakan puasa, kita wajib berniat terlebih dahulu. Puasa kita niatkan sebelum terbit fajar, berdasarkan hadits Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam
((مَنْ لَمْ يُجْمَعِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ))
“Barangsiapa yang tidak niat untuk melakukan puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya”
Khusus untuk puasa yang sunnah, kita boleh berniat puasa setelah fajar terbit apabila sebelumnya kita belum makan. Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam pernah datang ke ‘Aisyah pada selain bulan Romadhon, kemudian beliau bersabda:
((هَلْ عِنْدَكُمْ غَدَاَءٌ ؟ وَ إِلاَّ فَإِنِّي صَائِمٌ ))
“Apakah engkau punya santapan siang? Maka jika tidak ada aku akan berpuasa” (HR. Muslim).
2. WAKTU PUASA
Puasa dimulai dari terbitnya fajar hingga hilangnya siang dengan datangnya malam, dengan kata lain hilangnya bundaran matahari di ufuk.
Dalilnya adalah:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ
Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam (Al-Baqarah: 187)
3. SAHUR
Adik-adik, hendaknya sebelum melaksanakan ibadah puasa, kita makan sahur terlebih dahulu. Kita disunahkan untuk mengakhirkan makan sahur sesaat menjelang tibanya waktu subuh. Dalilnya adalah hadits Anas bin Malik berikut:
“Kami makan sahur bersama Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beliau shalat” Aku tanyakan (kata Anas), “Berapa lama jarak antara adzan dan sahur?” Zaid menjawab, “Kira-kira 50 ayat membaca Al-Qur’an” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
Makan sahur yang diperintahkan oleh Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam memiliki beberapa hikmah, antara lain:
1. Membedakan puasa kita dengan puasanya Ahul Kitab (orang Yahudi dan Nashoro):
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(( فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ، أكْلَةُ السَّحَرِ))
“Pembeda antara puasa kita dengan puasanya ahli kitab adalah makan sahur” (HR. Muslim)
2. Makan Sahur adalah Barokah
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(( تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِي السُّحُوْرِ بَرَكَةً ))
“Makan sahurlah kalian karena dalam sahur ada barakah” (HR. Al-Bukhori dan Muslim).
Dengan makan sahur, berarti kita telah mengikuti sunnahnya Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Selain itu, sahur juga akan menguatkan badan, menambah semangat, serta membuat puasa menjadi lebih ringan.
Adik-adikku sayang, sebagian kaum muslimin memiliki kebiasaan yang jelek ketika sahur. Mereka biasanya melakukan sahur dalam waktu yang lama sebelum subuh tiba, kemudian tidur lagi sampai subuh berlalu. Ini mengakibatkan mereka jatuh kepada beberapa kesalahan:
1. Berpuasa sebelum waktunya
2. Meninggalkan shalat jamaah
3. Terkadang karena tidurnya terlalu nyenyak, mereka bangun kesiangan dan kehilangan sholat sama sekali
Oleh karena itu hendaknya waktu sahur kita akhirkan dan sebaiknya setelah sahur, kita jangan tidur lagi. Persiapkanlah diri kita untuk shalat subuh yang akan segera tiba.
4. PERKARA YANG MEMBATALKAN PUASA
Adik-adik, barokallahu fiikum. Kalian harus mengetahui perkara-perkara yang bisa membatalkan puasa. Di antara perkara-perkara tersebut kita adalah:
1. Makan dan Minum
Apabila kita makan atau minum di siang hari sewaktu puasa, maka puasa kita batal. Kecuali jika kita lupa sedang puasa, maka makan dan minum itu tidaklah membatalkan puasa kita. Kita bisa melanjutkan puasa kita secara sempurna.
Dalilnya adalah hadits Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam,
(( مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمّ، فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ، فَلْيَتِمْ صَوْمَهُ. فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللهُ وَسَقَاهُ))
“Jika seseorang lupa ketika ia berpuasa, lalu dia makan dan minum, maka hendaklah menyempurnakan puasanya, karena sesungguhnya Allah yang memberinya makan dan minum.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim).
2. Muntah dengan Sengaja
Muntah dengan sengaja dapat membatalkan puasa. Dalilnya adalah hadits Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam:
(( مَنْ ذَرَعَهُ قَيْءٌ وَهُوَ صَائِمٌ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قَضَاءٌ وَإِنِ اسْتَقَاءَ فَلْيَقَضِ ))
“Barangsiapa yang terpaksa muntah, maka tidak wajib baginya untuk mengqadha (mengganti) puasanya, dan barangsiapa muntah dengan sengaja, maka wajib baginya mengqadha puasanya”.
Sebenarnya ada beberapa hal lain yang bisa membatalkan puasa. Insya Allah kalian bisa mempelajarinya ketika kalian beranjak dewasa.
5. PERKARA YANG WAJIB DITINGGALKAN KETIKA PUASA
Adik-adik, selain menjaga mulut kita dari makan dan minum, ketika berpuasa kita juga harus menjaga mulut kita dari berkata-kata kotor, keji dan dusta. Perbuatan ini memang tidak boleh kita lakukan baik di ketika berpuasa ataupun tidak. Namun hal ini lebih ditekankan lagi apabila kita sedang berpuasa.
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(( مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ))
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan melakukannya, maka Allah Azza wa Jalla tidaklah butuh atas perbuatannya meninggalkan makan dan minum” (HR. Al-Bukhori)
(( لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ اْلأَكْلِ وَالشَّرَبِ إِنَّمَا الصَّيَامَ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ فَإِنْ سَابَكَ أَحَدٌ اَوْجَهِلَ عَلَيْكَ فَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ , إِنِّي صَائِمٌ ))
“Puasa bukanlah dari makan, minum (semata), tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji. Jika ada orang yang mencelamu atau tidak mengetahui perkaramu, maka, katakanlah: Aku sedang puasa, aku sedang puasa”
Oleh karena itu, jagalah lisanmu dari berkata-kata yang kotor, keji dan dusta agar puasamu tidak sia-sia, sebagaimana sabda Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam,
(( وَرُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعِ وَالْعَطَشِ ))
“Berapa banyak orang yang puasa, bagian dari puasanya hanyalah lapar dan haus (semata)”

6. YANG BOLEH DILAKUKAN KETIKA PUASA
1. Bersiwak
Kalian tahu siwak kan? Siwak itu kayu berukuran kecil yang dipergunakan untuk membersihkan gigi. Ketika sedang berpuasa, kita boleh mempergunakannya untuk membersihkan gigi kita, terutama ketika akan sholat.
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
(( لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي َلأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوِاكِ عِنْدَ كُلَّ صَلاَةٍ))
“Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku suruh mereka untuk bersiwak setiap kali akan sholat” (HR. Al-Bukhori dan Muslim).
2. Berkumur dan Istinsyaq (Memasukkan Air ke dalam Hidung ketika Berwudhu)
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk bersungguh-sungguh di dalam melakukan istinsyaq. Namun beliau melarang untuk berlebih-lebihan apabila sedang berpuasa. Beliau bersabda,
((وَبَالِغْ فِي اْلإِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُوْنَ صَائِماً))
“Bersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq kecuali dalam keadaan puasa”
3. Mengguyurkan Air ke Atas Kepala karena Panas atau Haus
Apabila kita merasa kepanasan atau haus, maka kita diperbolehkan untuk mengguyurkan air ke kepala kita. Dalilnya adalah hadits,
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ  يَصُبُّ الْمَاءَ عَلَى رَأْسِهِ وَهُوَ صَائِمٌ مِنَ الْعَطْشِ أَوْ مِنَ الْحَرِّ
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam mengguyurkan air ke kepalanya dalam keadaan puasa karena haus atau kepanasan.
7. BERBUKA PUASA
Ketika matahari telah terbenam dan malam hari pun tiba, kita sudah diperbolehkan untuk makan dan minum. Bahkan kita dianjurkan untuk menyegerakan berbuka puasa. Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(( لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوْا الْفِطْرَ ))
“Senantiasa manusia berada di dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Berbukalah dengan Buah Kurma
Pada saat berbuka, kita disunnahkan untuk membatalkan puasa kita dengan kurma, baik yang basah maupun yang kering. Namun apabila tidak ada, maka kita berbuka dengan air sebagaimana kebiasaan Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu pernah bercerita,
كاَنَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ رُطَبَاتٍ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ حَسَى حَسَوَاتٍ مِنَ مَاءٍ
“Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam berbuka dengan kurma basah (ruthob) sebelum sholat. Apabila tidak ada yang basah, maka beliau berbuka dengan kurma kering (tamr). Jika tidak ada juga, maka beliau minum dengan satu tegukan air”
Setelah berbuka (membatalkan puasa) secukupnya, hendaknya kita bersiap-siap untuk shalat maghrib.

tata cara wudhu


TATA CARA WUDLU NABI MUHAMMAD SAW BERDASAR AL QURAN DAN HADITS

TIDAK SYAH SHOLAT TANPA WUDLU
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: 
Dari Rasulullah saw. beliau bersabda: Salat salah seorang di antara kalian tidak akan diterima apabila ia berhadas hingga ia berwudu. (Shahih Muslim No.330)


CARA WUDLU MENURUT AL QURAN
Al Maa'idah 6


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فاغْسِلُواْ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُواْ 
بِرُؤُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَينِ وَإِن كُنتُمْ جُنُباً فَاطَّهَّرُواْ وَإِن كُنتُم مَّرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاء أَحَدٌ مَّنكُم مِّنَ الْغَائِطِ أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاء فَلَمْ تَجِدُواْ مَاء فَتَيَمَّمُواْ صَعِيداً طَيِّباً فَامْسَحُواْ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ مَا يُرِيدُ اللّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـكِن يُرِيدُ لِيُطَهَّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit[403] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. 
[403]. Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air.
[404]. Artinya: menyentuh. Menurut jumhur ialah: menyentuh sedang sebagian mufassirin ialah: menyetubuhi. 

URUTAN
1.  basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku
    a. telapak tangan
    b. tangan sampai siku
    c. basuh muka    
2. sapulah kepalamu
3. kakimu sampai dengan kedua mata kaki

BERDASAR HADITS 1
Hadis riwayat Usman bin Affan ra.: 
Bahwa Ia (Usman ra.) minta air lalu berwudu. Beliau membasuh kedua telapak tangannya tiga kali lalu berkumur dan mengeluarkan air dari hidung. Kemudian membasuh wajahnya tiga kali, lantas membasuh tangan kanannya sampai siku tiga kali, tangan kirinya juga begitu. Setelah itu mengusap kepalanya, kemudian membasuh kaki kanannya sampai mata kaki tiga kali, begitu juga kaki kirinya. Kemudian berkata: Aku pernah melihat Rasulullah saw. berwudu seperti wuduku ini, lalu beliau bersabda: Barang siapa yang berwudu seperti cara wuduku ini, lalu salat dua rakaat, di mana dalam dua rakaat itu ia tidak berbicara dengan hatinya sendiri, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni. (Shahih Muslim No.331)

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: 
Dari Rasulullah saw. beliau bersabda: Salat salah seorang di antara kalian tidak akan diterima apabila ia berhadas hingga ia berwudu. (Shahih Muslim No.330)


Urutan
1. Baca basmalah
2. membasuh kedua telapak tangannya tiga kali
3. berkumur dan mengeluarkan air dari hidung (tiga kali)
( Buka telapak tangan untuk tempat air, kemudian sebagian masuk mulut untuk berkumur, sebagian dihirup hidung kemudian dikeluarkan)
4. Kemudian membasuh wajahnya tiga kali,
5. lantas membasuh tangan kanannya sampai siku tiga kali, tangan kirinya juga begitu
6. Setelah itu mengusap kepalanya (satu kali)
( mengusap kepada mulai dari depan ditarik sampai leher belakang ditarik kembali kedepan ) satu kali
( kemudian masukan jari telunjuk ke telinga dan jari jempol untuk membersihkan bagian belakang telinga ) satu kali
7. kemudian membasuh kaki kanannya sampai mata kaki tiga kali, begitu juga kaki kirinya. (tiga kali)

BERDASAR HADITS 2
Hadis riwayat Abdullah bin Zaid bin Ashim Al-Anshari ra.: 
Dia pernah diminta berwudu seperti wudu Rasulullah saw., Lalu ia minta air sebejana, kemudian menuangkannya pada kedua tangannya dan membasuhnya tiga kali. Setelah itu ia masukkan tangannya lalu mengeluarkannya, berkumur dan menghirup air ke hidung dari satu telapak tangan. Ia mengerjakannya tiga kali. Sesudah itu ia memasukkan tangannya lalu mengeluarkannya, kemudian membasuh wajahnya tiga kali. Setelah itu memasukkan tangannya lalu mengeluarkannya, kemudian membasuh kedua tangannya sampai siku masing-masing dua kali. Lalu memasukkan tangan lalu mengeluarkannya, kemudian mengusap kepala. Ia mengusapkan kedua tangannya ke depan lalu ke belakang. Setelah itu membasuh kedua kakinya sampai mata kaki, dan berkata: Demikianlah wudu Rasulullah saw.. (Shahih Muslim No.346)

Urutan dengan tempat air (bejana)
1. Baca basmalah
2. menuangkannya pada kedua tangannya dan membasuhnya tiga kali. 
(membasuh telapak tangan masing masing 3X )
3. berkumur dan menghirup air ke hidung dari satu telapak tangan. Ia mengerjakannya tiga kali.
4. kemudian membasuh wajahnya tiga kali.
5. kemudian membasuh kedua tangannya sampai siku masing-masing dua kali.
6. kemudian mengusap kepala. Ia mengusapkan kedua tangannya ke depan lalu ke belakang.
7. Setelah itu membasuh kedua kakinya sampai mata kaki,

BERDASAR HADITS 3
105. Humran, bekas hamba sahaya Utsman, mengatakan bahwa ia melihat Utsman bin Affan minta dibawakan bejana (air). (Dan dalam satu riwayat darinya, ia berkata, "Aku membawakan Utsman air untuk bersuci, sedang dia duduk di atas tempat duduk, lalu dia berwudhu dengan baik 7/174). Lalu ia menuangkan air pada kedua belah tangannya tiga kali, lalu ia membasuh kedua nya. Kemudian ia memasukkan tangan kanannya di bejana, lalu ia berkumur, menghirup air ke hidung [dan mengeluarkannya, l/49]. Kemudian membasuh wajahnya tiga kali, dan membasuh kedua tangannya sampai ke siku tiga kali, lalu mengusap kepalanya, lalu membasuh kedua kakinya sampai ke dua mata kakinya tiga kali. Setelah itu ia berkata, ["Aku melihat Nabi saw. berwudhu di tempat ini dengan baik, kemudian] beliau bersabda, 'Barangsiapa yang berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian [datang ke masjid, lalu] shalat dua rakaat, yang antara kedua shalat itu ia tidak berbicara kepada dirinya [tentang sesuatu 2/235], [kemudian duduk,] maka diampunilah dosanya yang telah lampau.'" [Utsman berkata, "Dan Nabi saw. bersabda, 'Janganlah kamu terpedaya!'].

Urutan
1. Baca basmalah
2. Lalu ia menuangkan air pada kedua belah tangannya tiga kali,lalu ia membasuh kedua nya
3. lalu ia berkumur, menghirup air ke hidung [dan mengeluarkannya, l/49].
4. Kemudian membasuh wajahnya tiga kali,
5. dan membasuh kedua tangannya sampai ke siku tiga kali,
6. lalu mengusap kepalanya, 
7. lalu membasuh kedua kakinya sampai ke dua mata kakinya tiga kali.


Menghirup Air Ke Hidung dan Mengembuskannya Kembali
Abu Hurairah berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, "Barangsiapa berwudhu, hendaklah ia menghirup air ke hidung (dan mengembuskannya kembali); dan barangsiapa yang melakukan istijmar (bersuci dari buang air besar), hendaklah melakukannya dengan ganjil (tidak genap)."

Mendahulukan yang Kanan dalam Berwudhu dan Mandi
Aisyah berkata, "Nabi Muhammad saw tertarik [dalam satu riwayat: senang, 6/197] untuk mendahulukan yang kanan (sedapat mungkin) dalam bersandal, bersisir, dan dalam seluruh urusan beliau."

Mencari Air Wudhu Apabila Telah Tiba Waktu Shalat
Aisyah berkata, "Waktu shalat subuh sudah tiba, lalu dicarilah air, tetapi tidak dijumpai, kemudian beliau bertayamum."[21]

Anas bin Malik berkata, "Aku melihat Nabi Muhammad saw sedangkan waktu ashar telah tiba; orang-orang mencari air wudhu, namun mereka tidak mendapatkannya. [Maka pergilah orang yang rumahnya dekat masjid, 4/170] [kepada keluarganya, l/57] [untuk berwudhu, dan yang lain tetap di situ], lalu dibawakan tempat air wudhu kepada Rasulullah saw., lalu beliau meletakkan tangan beliau di bejana itu, (dalam satu riwayat: lalu didatangkan kepada Nabi Muhammad saw. bejana tempat mencuci/mencelup kain yang terbuat dari batu dan berisi air. Beliau lalu meletakkan telapak tangan beliau, tetapi bejana tempat mencelup ini tidak muat kalau telapak tangan beliau direnggangkan, lalu beliau kumpulkan jari jari beliau, kemudian beliau letakkan di dalam tempat mencuci/mencelup itu), dan beliau menyuruh orang-orang berwudhu dari air itu." Anas berkata, "Aku melihat air itu keluar dari bawah jari-jari beliau sehingga orang yang terakhir dari mereka selesai berwudhu." [Kami bertanya, "Berapa jumlah kalian?" Dia menjawab, "Delapan puluh orang lebih."][22]

Membasuh Kedua Kaki Hingga Mata Kaki
Dari Amr [bin Yahya, l/54] dari ayahnya, ia berkata, "Aku menyaksikan [pamanku, 1/85] Amr bin Abu Hasan [yang banyak berwudhu] bertanya kepada Abdullah bin Zaid mengenai cara wudhu Nabi Muhammad saw. Abdullah lalu meminta sebuah bejana [dari kuningan, l/57] yang berisi air, kemudian melakukan wudhu untuk diperlihatkan kepada orang banyak perihal wudhu Nabi Muhammad saw. Dia lalu menuangkan sampai penuh di atas tangannya dari bejana itu, lalu membasuh tangannya tiga kali (dan dalam satu riwayat: dua kali),[43] kemudian memasukkan tangannya ke dalam bejana, lalu berkumur-kumur, memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya kembali [masing-masing] tiga cidukan air [dari satu tapak tangan]. Sesudah itu, ia memasukkan tangannya lagi [lalu menciduk dengannya], kemudian membasuh mukanya (tiga kali), kemudian membasuh lengan bawahnya sampai siku-sikunya dua kali, kemudian memasukkan tangannya lagi seraya mengusap kepalanya dengan memulainya dari sebelah muka ke sebelah belakang satu kali [ia mulai dengan mengusap bagian depan kepalanya hingga dibawanya ke kuduknya, kemudian dikembalikannya lagi kedua tangannya itu ke tempat ia memulai tadi]. Sesudah itu, ia membasuh kedua kakinya sampai kedua mata kaki, [kemudian berkata, 'Inilah cara wudhu Rasulullah saw.']"

DOA HABIS WUDLU
Asysy hadu an laa illaaha illallaah wah dahulaa syarikalah waasyhadu anna muhammadan ’abduhuu wa rarasuuluh

belajar sholat 5 waktu


Tuntunan Bacaan Sholat, Sehingga Mengerti Apa Yg Diucapkan




"Bila engkau hendak sholat, sempurnakanlah wudhu'mu, kemudian berdirilah menghadap ke kiblat, lalu bertakbirlah." (HR. Bukhari, Muslim)

Allah Ta'ala berfirman:
janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan [QS An Nisaa 43]

Makna ayat tsb adalah jangan sholat dengan tidak mengerti apa yang diucapkan.


Takbir

اَللهُ أَكْبَرُ
Alloohu Akbar 
Allah Maha Besar


Istiftah

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلاَ إِلَـهَ غَيْرُكَ

Subhaanakallahumma wabihamdik, watabaarakasmuk, wata'aala jadduk, walaa ilaha ghoiruk

Maha Suci Engkau Allah, aku memujiMu, Maha Berkah akan nama-Mu, Maha Tinggi kekayaan dan kebesaranMu, tiada Ilah yang berhak disembah selain Engkau
[Shahih Tirmizdi & Shahih Ibnu Majah]



Isti'adzah / Ta'awwudz

أَعُوذُ بِاَللَّهِ اَلسَّمِيعِ اَلْعَلِيمِ مِنَ اَلشَّيْطَانِ اَلرَّجِيمِ  مِنْ هَمْزِهِ  وَنَفْخِهِ  وَنَفْثِهِ

A'uudzubillahissami'il alim minasysyaithonirrojim min hamzihi  wanafkhihi  wanaftsihi
Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk dari godaannya tipuannya dan rayuannya

-atau-

أَعُوْذُ بِاللِه مِنَ الشََّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

A'uudzubillahi minasysyaithonirrojim
Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk


Membaca Al Fatihah
Membaca Ayat Al Quran

Takbir

Ruku'
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ
Subhaanakallahumma robbanaa wabihamdik, Allohumaghfirlii

Maha Suci Engkau Allah, Rabb-ku, aku memujiMu, Ya Allah ampunillah kesalahanku.
[HR. Bukhari dan Muslim]


I'tidal
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Sami'alloohu liman hamidah

Semoga Allah mendengar pujian orang yang memujiNya
[HR. Bukhari]


رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ
Robbanaa walakalhamd, hamdan katsiiron, thoyyiban mubaarakan fiih

Wahai Rabb kami, bagiMu segala puji, aku memujiMu dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh dengan berkah
[HR. Bukhari]


Takbir

Sujud
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ
Subhaanakallahumma robbanaa wabihamdik, Allohumaghfirlii

Maha Suci Engkau Allah, Rabb-ku, aku memujiMu, Ya Allah ampunillah aku.
[HR. Bukhari dan Muslim]


Takbir

Duduk Antara Dua Sujud
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ
Robbighfirlii, Robbighfirlii

Rabbku, ampunilah kesalahanku. Rabbku, ampunilah kesalahanku.


Takbir

Sujud

Takbir
Bangkit berdiri atau duduk Tasyahud


Duduk Tasyahud
Dari Wail bin Hujr radhiyallahu anhu, dia berkata:
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan kedua tangan dan sikunya di atas pahanya, dan meletakkan kedua ujung jarinya di atas kedua lututnya, dengan posisi menggenggam jarinya dan membentuk lingkaran. Kemudian beliau mengangkat jari telunjuknya dan berdo'a sambil menggerakkannya." (HR. Ahmad, Bukhari, Abu Dawud, An-Nasa’i, Ad-Darimi, Ibnul Jarud, Ath-Thabarani, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Al-Bahaqi dan Ibnul Jauzi)

Abdullah bin Sakhbarah Abu Ma'mar berkata: Aku mendengar Ibnu Mas'ud berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajariku tasyahud, telapak tanganku di antara kedua telapak tangan beliau sebagaimana beliau mengajariku beberapa surat dari Al Qur'an, beliau mengucapkan:

التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

atahiyyaatu lillah, washshalawaatu, waththayyibaatu,
assalamu 'alayka 'ayyuhannabiyyu warahmatulloohi wabarakaatuh,
assalamu 'alaynaa wa'ala 'ibaadilhishshaalihiin
asyhadu anlaa ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadan abduhu warasuuluh

(Segala penghormatan hanya milik Allah, juga segala pengagungan dan kebaikan. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepadamu, wahai Nabi, begitu juga rahmat dan berkahNya. Kesejahteraan semoga terlimpahkan kepada kita dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang hak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya)

Saat itu beliau berada di tengah-tengah kami namun ketika beliau telah wafat kami mengucapkan: Assalamu 'alan Nabiyyi

[HR Ahmad no. 3935]


Bersholawat
Dari Abu Mas'ud bahwa Basyir Ibnu Sa'ad bertanya: "Wahai Rasulullah, Allah memerintahkan kepada kami untuk bersholawat padamu bagaimanakah cara kami bersholawat padamu?" beliau diam kemudian bersabda: "Ucapkanlah:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ  وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ  كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ  وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ  كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ
فِي اَلْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ  

Allohumma sholli 'ala Muhammadin wa 'ala aali Muhammad, kamaa shollaita 'ala aali Ibrahim.
Wabaarik 'ala Muhammadin wa 'ala aali Muhammad, kamaa baarokta 'ala aali Ibrahim.
Fiil 'aalamina innaka hamidun majid.

(Ya Allah limpahkanlah rahmat atas Muhammad dan keluarganya sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat atas Ibrahim. Berkatilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrahim.
Di seluruh alam ini Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung)
kemudian salam sebagaimana yang telah kamu ketahui." [HR. Muslim]

Dalam hadits tersebut Ibnu Khuzaimah menambahkan: "Bagaimanakah cara kami bersholawat padamu jika kami bersholawat padamu pada waktu sholat."  [Sumber: Bulughul Maram]


Doa Setelah Tasyahud Akhir Sebelum Salam

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ

Allohumma innii a'uudzu bika min 'adzaabilqobri, wamin 'adzaabi jahannam, wamin fitnatilmahya walmamaati, wamin syarri fitnatil masiihid dajjaal

Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal
[HR Muslim]


Salam
assalaamu 'alaykum warahmatulloohi wabarakaatuh


Usai salam dapat dilanjutkan dengan dzikir ba'da sholat.
Untuk waktu Shubuh dapat dilanjutkan dengan dzikir pagi.
Untuk waktu Ashar dapat dilanjutkan dengan dzikir petang.



cara menjadi juara kelas


Buat yang berambisi untuk merajai kelas, saya  punya sedikit trik nih teman-teman, buat kamu yang pengen menjadi juara kelas. menjadi juara kelas menjadi dambaan setiap pelajar karena selain terkenal pintar, kita juga mendapat perhatian khusus dari orang tua, teman-teman, guru-guru, serta orang-orang disekitar kita, bukan itu saja, suatu saat ketika kita sudah dewasa akanterkenang bahwa kita sempat merajai kelas, dijadikan teladan buat anak-anak kita nantinya.  Suatu ketika saya mendengar penuturan seorang ibu,  ketika itu  mengatakan kepada saya bahwa raport suaminya masih ada hingga sekarang, nilai-nilai roport itu dijadikan motivasi buat anaknya, menurut pengakuan ibu tersebut, suaminya ketika sekolah dulu termasuk orang yang berprestasi dikelasnya.

Kembali kepada topik cara mudah menjadi juara kelas, karena sudah panjang lebar saya akan membeberkan rahasianya kepada teman-teman semua.

1.    Memperhatikan waktu belajar yang tepat

Adakalanya waktu yang tepat untuk digunakan dalam menhafal pelajaran, diantara waktu-waktu tersebut adalah : waktu sahur atau waktu yang menyamainya, sekitar jam tiga atau lebih, kemudian waktu antara sholat maghrib dan isya, biasanya diwaktu-waktu tersebut otak kita dalam keadaan santai, segala aktifitas istirahatnya di waktu tersebut. ketika kita sedang dalam keadaan tenang maka bukalah pelajaran-pelajaran yang sudah kita pelajari sebelumnya.

2.    Dibaca berulang-ulang

Dalam memahi pelajaran diperlukan kesungguhan dalam mempelajarinya, pengulangan secara terus menerus terhadap apa yang dia baca sampai benar-benar faham, didalam kitab ta’lim muta’lim dikatakan “Hapalan akan lari, tapi tulisan tetap berdiri" dikatakan lagi: "Yang disebut ilmu yaitu segala apa yang didapat dari ucapan ahli ilmu, karena mereka telah menghafal hal-hal yang bagus dari hasil pendengarannya dan mengucapkan yang bagus itu dari hafalan tersebut".

3.    LADUNI (Ilate Kudu Muni)

Pengertian laduni disini bukan 'ilmu yang bersumber dari Allah kelubuk hati manusia tanpa belajar', sekali lagi bukan itu, karena disini kita membicarakan proses. Yang dimaksud dengan laduni disini adalah “belajar dengan teknik mengeraskan suara sebagai salah satu cara untuk mengoptimalkan penggunaan potensi otak kiri dan otak kanan secara seimbang). Metode ini ditemukan dan dikembangkan oleh pesantren Bayt Tamyiz (Baca tulisan saya sebelumnya Terjemah Qur'an Gampang dan Mudah Dalam Hitungan Jam ). Dengan mengeraskan ditambah dengan pengulangan maka otak bawah sadar kita akan mencerna dan menangkap materi dengan mudah. Untuk lebih spesifik lagi saya berikan contoh : Anak-anak cenderung lebih cepat menghafal syair lagu dari pada pelajaran disekolah mereka.

4.    Mencuri hati guru

Sahabat Ali ra berkata: "Sayalah menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, di merdekakan ataupun tetap menjadi hambanya." Kemudian Guru kita Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy berkata : Guru-guru kami berucap : "bagi orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan, mengagungkan, dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama yang tengah dalam pengembaraan ilmiyahnya. Kalau toh ternyata bukan putranya yang alim, maka cucunyalah nanti." (Dikutip dari kitab ta’lim muta’lim). Dalam hal ini peranan seorang guru begitu sangat penting, tanpa perantaraan guru mustahil kita mengenal huruf, mustahil kita bisa membaca, mustahil bisapintar memahami ilmu pengetahuan. Dalam hal ini kita seharusnya tahu bagaimana cara berpsikap terhadap guru-guru kita, bertutur kata yang manis, bahkan anak-anak mereka mempunyai hak yang sama, kita hormati, menjaga supaya layak dalam pandangannya. Sebagai seorang siswa ada banyak cara untuk menyenangkan hati guru, kesungguhan dalam belajar, rajin, dan mematuhi peraturan, sudah cukup membuat mereka bangga. Bila perlu berbasa-basilah terhadap mereka dengan bersikap manis tunjukkan bahwa kalian adalah siswa teladan yang mudah dikenal oleh guru diantara siswa lain, ini perlu, mengingat bukan hanya segi kecerdasan yang menjadi pertimbangan penilaian bagi seorang guru, melainkan dari segi akhlak, yang meliputi sikap, tindakan selama berada di lingkungan keluarga, sekolah dan pergaulan.

5.    Istiqomah dan Berdoa

Terus menerus dalam belajar tetap optimis, berusaha menjadi yang terbaik apapun hasil yang akan diperoleh nantinya, diiringi dengan doa supaya Allah memberikan kemudahan dalam belajar. Dibawah ini doa-doa yang berhubungan dengan belajar, silahkan diamalkan.

Doa Sebelum Belajar

cara menjadi pintar disekolah dan juara kelas


cara menjadi pintar disekolah dan juara kelas


cara menjadi pintar disekolah dan juara kelas




Demikianlah  Cara Menjadi Pintar di Sekolah dan Juara Kelas, semoga bermanfaaat. Semangat belajar Anak-anak Indonesia, buktikan kalianlah yang terbaik.